Selasa, 28 Februari 2012

Perjuangan Buruh jadi Jutawan

HIKMANUL HAKIM
Bosan menjadi pekerja selama 15 tahun, Hikmanul Hakim memutuskan membuka usaha jualan busana muslim. Kegagalan di tahun pertama membuatnya lebih berani memasarkan produk secara online. Alhasil, bisnisnya sukses di dunia maya.
Menjelang Lebaran, busana muslim menjadi sangat laku. Rupanya, orang ingin merayakan kemenangan setelah berpuasa, sembari berkumpul dengan keluarga, memakai baju baru. Salah satu yang menikmati berkah di masa seperti sekarang adalah Hikmanul Hakim.
Meski hanya memiliki satu butik di ITC BSD, Hakiem – begitu ia biasa disapa – sukses berbisnis busana muslim secara online. Ia memasarkan 90% produknya lewat website dan situs jejaring sosial. Dalam sehari, ia meraup omzet Rp 7 juta sampai Rp 10 juta. Tapi, sejak sebulan terakhir, omzetnya bisa mencapai Rp 20 juta per hari.
Kesuksesan Hakim ini tidak datang dari langit. Ia merintis butik busana muslim Rumah Madani dengan keringat. Pria kelahiran Sidoarjo, 7 Februari 1969, ini dibesarkan di keluarga pegawai negeri sederhana. Ayahnya adalah seorang staf di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan sang ibu guru.
Sejak kecil, Hakim sudah didorong untuk berprestasi secara akademis. Ia selalu fokus pada studi. “Boro-boro mikirin soal bisnis,” ujarnya. Hasilnya, ia selalu juara kelas. Puncaknya, ia menamatkan kuliah di Institut Teknologi Surabaya, Jurusan Teknik Fisika bidang Instrumentasi, dengan predikat sangat memuaskan.
Selulus kuliah pada 1992, Hakiem merantau ke Jakarta. Penyuka ilmu eksakta ini bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahaan teknologi informasi (TI). “Saya belajar TI secara otodidak,” ungkapnya. Selanjutnya, selama 15 tahun, ia berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain, hingga terakhir bekerja di PT Fujitsu Indonesia.
Sebenarnya, Hakiem cukup mapan dengan kariernya. Gajinya tergolong besar. “Selalu di atas Rp 10 juta,” ungkapnya. Tapi, ia merasa jenuh. Kemacetan ibukota dan jadwal kerja yang ketat membuatnya tidak nyaman. Di pikirannya, ia ingin mengubah cara mencari nafkah dengan berbisnis.
Hakiem lantas mensurvei segala jenis bisnis, dari jual beli beras sampai waralaba burger. Ia sempat terpikir membuka usaha konsultan IT sendiri. Tapi, ia tak pernah bisa merealisasikan sementara belum keluar dari tempat kerja.
Ayah dari Fahmi, Jihad, dan Hanif ini pun resmi mundur pada April 2007. “Saat itu, keluarga besar saya heboh, mengatai saya bodoh karena melepas kemapanan,” kenangnya. Untunglah sang istri tercinta tetap mendukung lantaran lebih punya waktu untuk keluarga.
 Gagal di tahun pertama
Hakiem akhirnya memutuskan berbisnis busana muslim. Ia melihat, peluangnya cukup besar. Pada Mei 2007, ia membuka butik Rumah Madani di ITC BSD. Modal awalnya Rp 40 juta, setengah di antaranya untuk untuk sewa tempat.
Di butiknya, Hakiem menjual aneka busana muslim dan aksesorinya seperti kerudung, jilbab, dan cadar. Harga jualnya berkisar Rp 80.000 sampai Rp 500.000. “Segmennya untuk kalangan menengah ke atas, terutama para pekerja,” ujarnya.
Di tahun pertama, bisnis Hakiem sudah meredup. Omzet penjualannya sangat kecil. “Profit kotornya hanya Rp 1 juta tiap bulan, habis untuk membayar gaji SPG,” terangnya. Praktis selama setahun, sang istri yang bekerja di Pamulang Medical Center lebih banyak menafkahi keluarga.
Kegagalan itu sempat membuat Hakiem frustrasi, tapi sekaligus memacu semangat. “Saya tahu, penyebab kegagalan itu karena jaringan penjualan belum ada, kurang pemasok, kualitas barang, terutama model, tren, dan reputasi butik masih kurang,” ujarnya.
Di tahun kedua, Hakiem berusaha memperbaiki. Ia mulai mensurvei selera pasar dan memilih pemasok yang bagus. Ia juga mulai merintis menjual secara online sejak Juni 2007.
Awalnya, Hakiem membuat sebuah blog untuk mempromosikan tokonya. Setengah tahun jalan, penjualannya bagus. Pembeli terbanyak berasal dari karyawan kantor. Ia juga menjaring pembeli dari mancanegara. “Paling banyak dari Malaysia dan Singapura,” ujarnya.
Pada 2008 itu, Hakiem membuat situs www.rumahmadani.com. Ia juga memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook. “Sekarang ini siapa, sih, yang tidak punya Facebook?” ungkapnya. Saat ini, Rumah Madani sudah memiliki 80.000-an fans di Facebook.
Sejak awal 2008, omzet penjualan busana muslim Rumah Madani naik drastis. Dalam sehari, pendapatannya bisa mencapai Rp 10 juta. Sekitar 90% berasal dari transaksi secara online. “Penjualan secara online ternyata lebih efektif karena bisa menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya operasional murah,” katanya.
Dengan mengambil margin untung antara 5%–60%, saat ini, penjualan rata-rata sehari sekitar 300 barang. Dengan mempekerjakan 12 karyawan, kini, ia hanya memantau bisnis dari rumah. Ia ingin ekspansi dengan mendirikan butik di daerah. “Saya ingin Rumah Madani menjadi rujukan pertama orang dalam mencari busana muslim di Indonesia,” terangnya.
Edi mengatakan di tahun 2010 ini dia juga sedang melakukan ekspansi usaha, dengan membangun dua unit usaha baru yang lebih besar. Edi akan mengembangkan usaha dibidang IT Consulting dan Online Marketing serta satu lagi di bidang produksi, distribusi dan penjualan umum. Proyek pertama yang digarapnya adalah memproduksi kaos anak, kaos remaja dan kaos busana muslim dengan kapasitas produksi 3.000 lusin per bulan.




Sukses Berkat Dunia Maya

Suaidin Usman
Pengawas SMA/SMK Dinas Dikpora Kab.Dompu, NTB
Alamat: Lingk.Polo RT 04/02 Kelurahan Kandai 2, Woja, Dompu, NTB

Profesi saya adalah pengawas sekolah SMA/SMK di Kota Mungil di tengah-tengah Pulau Sumbawa, tepatnya di Kabupaten Dompu, NTB, yang penuh dengan segala keterbatasan. Internet baru bisa diakses dengan baik mulai tahun 2009, itu pun sangat terbatas. Bisa dibayangkan  apa yang terjadi sebelum tahun 2009 itu. Guru-guru, kepsek, dan pengawas sekolah yang memahami IT sangat langka saat itu. Praktis pekembangan dunia pendidikan di luar hanya bisa diikuti melalui koran yang yang boleh dibilang sudah basi.

Sebagai seorang pengawas, aku dituntut untuk membina, memantau, dan menilai kinerja guru saat itu. Keterbatasan selalu menghantu pikiranku. Apa yang bisa aku lalukan? Sementara guru-guru dan kepsek binaanku saat itu membutuhkan teman kolaborasi.
Tepatnya 8 januari 2010, pas hari ulang tahunku, aku pertama kali mengenal dunia maya. Aku mulai buka google dan mengetik huruf ‘Akh’, maksudku aku mau nulis ‘akhirnya aku berhasil’. Tapi, keburu yang nongol ‘AkmadSudrajat’, ya aku mulai masuk ke situ.

Ternyata, isinya sebuah blog pendidikan. Aku belum kenal apa itu blog. Wah, aku sempat tercengang, berdecak kagum luar biasa. “Kenapa tidak sejak dulu,” teriak ku keras. Tanpa sadar sempat membuat orang  yang lagi belajar di warnet tertawa.

Yang pertama aku baca adalah sebuah tulisan motivasi sukses, aku sudah lupa siapa penulisnya. Ringkasan tulisan itu seperti ini:

Sukses merupakan suatu perjalanan, bukan tujuan. Kesuksesan adalah suatu perjalanan yang menciptakan nilai tambah untuk diri sendiri dan masyarakat sekitar dalam rangka menuju kehidupan bahagia di alam setelah dunia. Kapal yang berlabuh di pelabuhan memang aman, namun bukan itu tujuan dibuatnya kapal. Sukses sejati berpijak pada roadmap kehidupan sejati. Untuk apa aku hidup?

Berkat itu semua aku semakin termotivasi untuk mengembangkan diri agar tidak digelari “Pengawas adalah tempat parkir guru yang bermasalah dan tempat perpanjang usia pensiun”. Karena aku pikir tupoksi pengawas tidak demikian. Malahan Pekerjaan sebagai pengawas menurut aku paling berat dibandingkan guru dan kepala sekolah kalau benar-benar melaksanakan tupoksi pengawas.

Setiap hari pengawas harus turun ke sekolah mendampingi guru keluar masuk kelas. Hasilnya didiskusikan lagi melalui klinis. Itu hanya sebagaian kecil tugas pengawas di bidang akademik. Belum lagi berbicara pengawasan manajerial, berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain, dari kecamatan ke kecamatan lain. Selalu menjadi bahan diskusi teman teman bahwa pengawas  termarjinalkan oleh regulasi pendidikan saat itu (sekarang tidak).

Internet sudah menjadi kebutuhan pokok saya dalam mencari informasi pendidikan. Download pun berjalan terus sampai aku beli hard disk eksternal yang kapasitasnya 700 GB untuk menampung semua info pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan kebutuhan pengawas, guru, dan kepala sekolah.
Alhamdulillah, berkat dunia maya, saya --tanpa mendapatkan diklat khusus KTSP-- saat itu sudah menfasilitasi kolaborasi dengan sekolah untuk MGMP, BIMTEK, masalah pembelajaran dan penilaian, khususnya menyusun silabus dan RPP serta Penilaian.

Nah, aku lihat Facebook bagus untuk menarik perhatian teman guru yang hamper 90an % punya FB. Dengan FB yang aku beri nama Suaidin Dompu, aku membuat grup forum guru Indonesia. Hampir semua catatan diisi dengan masalah dunia pendidikan, demikian pula statusnya penuh dengan ajakan kepada guru untuk selalu mengembangkan diri dalam meraih sukses dalam proses pmebelajaran di sekolah. Alhamdulillah, hasilnya pas bulan Januri 2011, saya mendapat piagam penghargaan FACEBOOK INTERNATIONAL  AWARD 2010. 

Beberapa prestasi yang aku raih berkat pengembangan diri memalui dunia maya dan dikembangkan melalui diklat dan sebagainya:
1. Juara Lomba Pengawas Prestasi tk kabupaten, 2008, 2009
2. Juara II pengawas prestasi tk propinsi 2008
3.  Juara I propinsi th 2009 (tp dianulir karena ada protes peserta lain karena sudah pernah juara 2 thn 2008). Padahal aturan itu hanya yang juara I saja yang tidak boleh ikut. Tapi Pak ketua PGRI Propinsi member jempol saya dengan sepatah kata “Anda Sang Juara Sejati.”
4. DC ( District Coordinator AIBEP Indonesia Australia) sekaligus sebagai Trainner.
5. Fasilitatir Pusat BIMTEK KTSP Dir-PSMA
6. Sekertaris Unit Pelaksana Akreditasi Sekolah sekeligus sebagai Assesor SMA
7. TIM MBS Kab.Dompu
8. TIM Pengembang Kurikulum Kab.Dompu
9. Pernah menjadi salah seorang pemakalah Seminar Nasional Implementasi dana Bos dalam meningkatkan Mutu Pendidikan
10. Aktif ikut berdiskusi bersama teman guru di web KTI guru Online.



Jumat, 24 Februari 2012

Gagal dikaki lima Sukses di dunia maya

yudhi dwhinanto, pemilik toko kuliner online kriuk.com yang sukses berbisnis didunia maya yaitu udang tempura, yudhi membeli dipabriknya dan menjual kembali.Walaupun gagal berjualan di kaki lima tapi dia sukses di dunia maya.
yudhi ta pernah menyangka dia akan sukses bisnis kuliner online kriuk.com dengan tamatan SMA ia sempat ragu dengan cita-cita usahanya.karena ia gagal kuliah di fakultas ekonomi Universitas Indonesia (UI). pria kelahiran 28 Juni 1981 itu masih bangga karena masih keterima di fakultas hukum.
Walaupun yudhi kuliah di fakultas hukum tapi dia masih bisa belajar bisnis lewat mata kuliah hukum bisnis.Karena sudah mempunyai semangat bisnis kelahiran menado cirebon itu tidak malu merintis usaha dari 0.
yudhi bekerja sama dengan hotel-hotel dan kafe dengan omzet hampir 30% dari sistem offline.
Untuk mendapatkan pelanggan yudhi melakukan inovasi produk misanya dalam kemasan 500 grm seharga Rp.45.000 dan 250 grm seharga Rp.25.000 dan dalam kemasn yang lebih kecil lagi. Keberhasilan yudhi tidak lepas dari pilihan produknya yaitu makanan seafood yang banyak disukai banyak orang dan keuletannya...